Jangan Percaya!
10 September, 2013
Pasti Sahabat penasaran, apa sih maksud dari judul postingan di atas? Jangan Percaya! Pada siapa? Apanya yang jangan dipercaya? Begitu kan? Hehe. Saya juga heran sih sebenarnya mengapa tiba-tiba menuliskan dua kata itu sebagai judul dari postingan ini. :D Eits, tenang, daripada terus penasaran, yuk kita lihat kemana arah dari postingan ini akan bermuara yuk.
Pernah menerima email dari orang asing? Yang isinya mengajak berkenalan dan embel-embelnya adalah tawaran untuk berinvestasi di negeri kita, dengan mengajak kita menjadi mitra usaha/bisnis mereka?
Atau pernahkah menerima email dari tuan atau nyonya A, untuk membantu beliau membebaskan suatu warisan yang tersangkut di bank ternama, sebuah negeri, gegara pemilik warisan/harta tersebut telah meninggal dunia? Dan si tuan atau nyonya A meminta bantuan kita untuk membantu membebaskan warisan tersebut? Dengan cara kita bertindak seolah-olah kita adalah kerabat dari si pemilik warisan yang telah meninggal dunia tersebut?
Atau, pernahkah menerima email dari seorang asing lawan jenis, yang berkenalan denganmu, lalu setelah terjalin hubungan baik/kedekatan persahabatan/terbangun kepercayaan, lalu si orang asing yang sepertinya baik hati ini, mulai menyatakan cintanya? Hehe. Dan bila gayung bersambut, jurus lainnya pun mulai dilancarkan, misalnya dengan berpura-pura mengirimkan barang-barang mahal disertai pula dengan memasukkan sejumlah uang ke dalam paket yang dikirimkan tersebut? Mereka bekerja dengan sangat rapi dan sistematis, didukung pula dengan bukti yang [sepertinya] akurat, misalnya adanya bukti/resi pengiriman barang, sehingga si korban bisa men-track keberadaan si paket melalui website si ekspedisi, dan terlihat bahwa paket tersebut sudah berada di suatu tempat, dan akan sampai kepada kita pada waktu tertentu. Semua terkesan profesional, sehingga si korban terpedaya. Lalu, keesokan harinya, sebuah urgent email masuk ke inbox kita, mengabarkan bahwa paket tertahan di perjalanan [di bea cukai negara transit] karena KETAHUAN berisi UANG yang seharusnya tidak boleh disertakan di dalam paket. Lalu, si petugas bea cukai meminta kita untuk mengirimkan sejumlah uang melalu western union ke nama seseorang, untuk membebaskan si paket. Bla...bla...bla.
Bagi yang belum terbiasa, maka dengan lugunya dia akan mengirimkan sejumlah uang [biasanya minimal 4 jutaan rupiah] untuk melepaskan si paket, agar si paket bisa menuju ke alamatnya. Lalu, setelah uang terkirim, eh malah dapat email lagi, bahwa masih butuh sekian juta rupiah lagi, untuk membuat sertifikat bagi si paket. Come on! Helloooo! Hari gene masih percaya hal-hal seperti ini? JANGAN PERCAYA!
Cobalah browsing, gunakan kata kunci 'parcel is put on hold' dan temukan banyak kasus penipuan dengan modus seperti ini. Atau gunakan kata kunci 'scammer', 'romance scammer' atau sejenisnya, maka akan kita temukan banyak sekali informasi berharga tentang hal ini. Para scammer ini bekerja dengan sangat rapi dan terstruktur. Scam/penipuan seperti ini sudah menjadi bisnis yang sangat menjanjikan bagi para pelakunya. Tak hanya mudah, tapi juga menghasilkan lebih dari gaji bekerja normal. Bisnis scam ini dijalankan layaknya sebuah 'for profit organization' [perusahaan profit], di mana memiliki hirarki dan struktur organisasi yang lengkap lho. Ada ; pionir, para manajer, big bos dan pelaku lainnya. Mereka sudah cukup terlatih dalam menjalankan aksi tipu dayanya, dan jaringan ini sangat kompak. Sehingga tak heran jika korban pun berjatuhan. Tak hanya wanita lho yang menjadi korbannya, tapi para pria juga banyak yang menjadi korban dari para scammer, karena scammer itu sendiri ada yang pria ada pula wanita. Rajin-rajinlah mencari informasi tentang kegiatan para scammer ini, sehingga kita menjadi ngeh dan TIDAK MUDAH PERCAYA pada tipu daya mereka.
Beberapa link yang bisa di kunjungi, bisa langsung klik di sini atau di sini, dan silahkan perluas cakrawala dengan melakukan pencarian berita terkait di rumahnya Mbah Google. :)
Intinya adalah, JANGAN PERCAYA begitu saja pada orang yang belum kita kenal dengan baik, apalagi jika pertemanan hanya terjalin di dunia maya, tanpa kita tau persis rupa, kelakuan, sifat dan di mana keberadaannya. Tingkatkan kehati-hatian dalam memberikan informasi pribadi, mau pun orang-orang terdekat kita. Dunia virtual, tak hanya menjanjikan keindahan, keasyikan, tapi juga mara bahaya kerap mengintip tanpa kita sadari.
sebuah renungan/catatan pembelajaran,
Al, Bandung, 10 September 2013